WASHINGTON - Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan prediksi pertumbuhan ekonomi global dari 3,9 persen menjadi 4,2 persen. Pemulihan yang lebih cepat dari perkiraan membuat adanya revisi. IMF berpendapat, pasar di negara berkembang di Brasil, China, dan India akan memicu rebound global. Negara maju, yang selama ini menjadi kekuatan global, Eropa dan Jepang terus mengalami permasalahan di ekonominya. "Saat ini pemulihan berjalan lebih cepat dari yang kita harapkan. Keyakinan konsumen telah meningkat, bisnis dan pasar keuangan juga menguat," kata IMF dalam laporan bianual seperti dilansir dari AFP, Jumat (23/4/2010). Banyak negara berkembang telah membukukan angka pertumbuhan yang tinggi. Sementara, tingkat pemulihan di Eropa, Jepang dan Amerika Serikat (AS) masih diragukan. Pemulihan yang berjalan di negara maju masih relatif suram. Berbeda jauh jika dibandingkan pemulihan di negara maju saat keluar dari resesi pada pertengahan 1970-an, awal 1980-an, dan awal 1990-an. "Berbeda jauh juga jika dibandingkan dengan beberapa negara berkembang," papar IMF. Direktur Departemen Riset IMF Olivier Blanchard menyebutkan negara berkembang jauh lebih unggul dalam pemulihan dibandingkan negara maju. "Jika Anda menoleh ke negara-negara berkembang, maka anda akan melihat gambaran yang jauh lebih baik. Mereka tumbuh lebih kuat, bahkan lebih baik dibandingkan sebelum krisis. Mereka mempersempit ketertinggalan," jelas dia. Jika Anda tidak memiliki rincian yang akurat mengenai lowongan kerja informasi kerja terbaru 2010, maka Anda mungkin bisa membuat pilihan yang buruk pada subjek. Jangan biarkan hal itu terjadi: terus membaca.
Pada 2010, China diprediksi tumbuh 10 persen, India 8,8 persen, dan Brasil 5,5 persen. Sementara, pertumbuhan di Negara Barat hanya sekira satu persen dan Spanyol diramalkan masih berkontraksi. Ekonomi Jepang diharapkan hanya tumbuh 1,9 persen tahun ini dan AS di 3,1. Ramalan Jepang dan AS hanya separuh dari prediksi bulan Januari. AS ternyata lebih baik dibandingkan Eropa atau Jepang, ujar laporan IMF. Tapi, IMF memperingatkan pemulian di AS akan terganggu oleh tingginya pengangguran dan rendahnya kucuran kredit ke perusahaan kecil dan menengah. IMF menambahkan, AS dan negara maju lainnya akan menghadapi defisit jika meneruskan kebijakan belanja besar untuk menstimulasi ekonomi. Di Eropa, keseimbangan neraca keuangan negara menjadi masalah besar. "Beberapa negara Zona Euro akan mendapat pukulan keras atau kehabisan ruang bagi kebijakan makroekonomi yang mampu mendongkrak ekonomi," ucap IMF. Untuk memberikan lebih banyak ruang, kata IMF, negara maju harus menurunkan tingkat utang. Sedikit guncangan bisa membuat pemulihan tertunda beberapa tahun lagi. Sejak awal krisis, pemerintah telah menggelontorkan dana triliunan dolar ke perekonomian mereka. Langkah ini dilakukan untuk menjaga kucuran pinjaman dan belanja konsumen. "Kekhawatiran utama adalah tidak ada ruang bagi manuver kebijakan di banyak negara maju atau menjadi sangat terbatas. Akibatnya, pemulihan yang berjalan lemah tidak mampu menahan guncangan baru," jelas IMF. Kasus krisis utang Yunani merupakan salah satu bukti. Yunani harus menghadapi ancaman kebangkrutan akibat tingginya utang publik. Ini menjadikan banyak analis mengkhawatirkan tingkat utang di negara-negara maju. IMF berpendapat, pengakhiran stimulus atau menaikkan suku bunga secara tergesa-gesa bisa merusak proses pemulihan. Sejak krisis terjadi, banyak negara menurunkan suku bunga pada level terendah dalam sejarah untuk mempertahankan tingkat kucuran pinjaman. "Banyak aset yang nilainya terpaksa diturunkan. Kebijakan intervensi yang dilakukan saat krisis telah berhasil menghilangkan risiko terjadinya depresi besar kedua," tambah IMF.(Achmad Senoadi/Koran SI/ade)
Pada 2010, China diprediksi tumbuh 10 persen, India 8,8 persen, dan Brasil 5,5 persen. Sementara, pertumbuhan di Negara Barat hanya sekira satu persen dan Spanyol diramalkan masih berkontraksi. Ekonomi Jepang diharapkan hanya tumbuh 1,9 persen tahun ini dan AS di 3,1. Ramalan Jepang dan AS hanya separuh dari prediksi bulan Januari. AS ternyata lebih baik dibandingkan Eropa atau Jepang, ujar laporan IMF. Tapi, IMF memperingatkan pemulian di AS akan terganggu oleh tingginya pengangguran dan rendahnya kucuran kredit ke perusahaan kecil dan menengah. IMF menambahkan, AS dan negara maju lainnya akan menghadapi defisit jika meneruskan kebijakan belanja besar untuk menstimulasi ekonomi. Di Eropa, keseimbangan neraca keuangan negara menjadi masalah besar. "Beberapa negara Zona Euro akan mendapat pukulan keras atau kehabisan ruang bagi kebijakan makroekonomi yang mampu mendongkrak ekonomi," ucap IMF. Untuk memberikan lebih banyak ruang, kata IMF, negara maju harus menurunkan tingkat utang. Sedikit guncangan bisa membuat pemulihan tertunda beberapa tahun lagi. Sejak awal krisis, pemerintah telah menggelontorkan dana triliunan dolar ke perekonomian mereka. Langkah ini dilakukan untuk menjaga kucuran pinjaman dan belanja konsumen. "Kekhawatiran utama adalah tidak ada ruang bagi manuver kebijakan di banyak negara maju atau menjadi sangat terbatas. Akibatnya, pemulihan yang berjalan lemah tidak mampu menahan guncangan baru," jelas IMF. Kasus krisis utang Yunani merupakan salah satu bukti. Yunani harus menghadapi ancaman kebangkrutan akibat tingginya utang publik. Ini menjadikan banyak analis mengkhawatirkan tingkat utang di negara-negara maju. IMF berpendapat, pengakhiran stimulus atau menaikkan suku bunga secara tergesa-gesa bisa merusak proses pemulihan. Sejak krisis terjadi, banyak negara menurunkan suku bunga pada level terendah dalam sejarah untuk mempertahankan tingkat kucuran pinjaman. "Banyak aset yang nilainya terpaksa diturunkan. Kebijakan intervensi yang dilakukan saat krisis telah berhasil menghilangkan risiko terjadinya depresi besar kedua," tambah IMF.(Achmad Senoadi/Koran SI/ade)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar